Cabang-cabang Ilmu Bahasa Arab

Selasa, 09 April 2013 | komentar (5)

Bahasa ‘arab adalah bahasa termudah sepanjang masa (sekilas tentang ilmu-ilmu dalam bahasa ‘arab)

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa ‘arab supaya kamu memahaminya”
QS : Az Zukhruf ayat 3
Ketika belajar bahasa ‘arab kadang terbesit sangat susah dan beribet.  susah karena ilmu bahasa ‘arab banyak cabangnya (ada sekitar 13 cabang), beribet karena pas mempelajari  tashrif membicarakan bagaimana perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk past, present, dan perintah, dan perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan tsb. Tapi kalau diresapi lebih dalam nash qur’an diatas jadi penyemangat tersendiri ketika belajar bahasa ‘arab yang mudah dan luas ini. Allah ‘azza wa jalla tidak akan membenani diluar kemampuan kita, artinya kita semua bisa menguasai bahasa ‘arab.

Bahasa ‘arab pertama kali dikenal sebagai bahasa-bahasa dizajirah semenanjung arabia, kemudian setelah datangnya dien islam dikenal pula sebagai bahasa Al Qur’an.  Bahasa ‘arab dikenal juga sebagai salah satu tsaqafah islam yang sangat penting untuk dipelajari karena kedudukannya sangat penting dalam islam ibaratkan dia sebagai permata islam dan menjadi syarat dari salah satu syarat-syarat ijtihad.

Umat islam generasi awal (khilafah rasyidin) sampai sebelum abad ke 6 H sangat ketat dalam menjada kemurnian bahasa ‘arab. Seperti imam syafi’I rah tidak membolehkan penerjemahan al Qur’an, bahkan di salah kitab beliau menuliskan “akad nikah tidak sah jika tidak menggunakan bahasa ‘arab” artinya jika yang akad nikah mampu menggunakan bahasa ‘arab maka tidak sah menggunakan bahasa selain bahasa ‘arab dalam akad nikah tersebut. Menurut beliau, inilah batas minimal kewajiban seorang muslim mempelajari bahasa ‘arab.

Dilihat dari segi penggunaannya maka bahasa ‘arab ini terbagi menjadi dua yaitu : bahasa ‘ammiyah (bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi), berasal dari bahasa daerah di jazirah arabiya dan tidak terikat pada tata bahasa.  Kedua bahasa fushah yakni bahasa resmi, contohnya bahasa al Qur’an dan hadist, kitab-kitab ‘arab gundul  mutabanat hizbut tahrir, surat-menyurat, karangan ilmiah kitab-kitab dst. Bahasa fushah ini mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena terikat erat dengan peraturan kebahahasaan diantaranya ilmu nahwu (I’rab), Sharaf (tashrif) dan ilmu balaghah semantic arab). ciri khas dari bahasa fushah ini adalah tatanan bahasanya yang sangat rapi, tertib, sistematis dan indah.Dari aspek sejarah kepentingan pada tata bahasa ‘arab berawal mula pada masa ke-khilafahan ‘ali bin abi thalib r.a. karena sangat khawatir bahasa tersebut akan terlepas dari struktur bahasa semula.
Sehingga sangat wajar selain merupakan kewajiban juga untuk mempelajari bahasa ‘arab, tidak ada alasan untuk tidak mempelajari bahasa ‘arab. Hanya dengan bahasa ‘arab kita dapat memahami islam (al Qur’an dan hadist). Adapun dari aspek cabang ilmu bahasa ‘arab dari berbagai referensi yang ada para sastrawan ‘arab menyimpulkan ada sekitar 13 cabang ‘ilmu bahasa ‘arab yang mereka sebut sebagai ‘ulumul ‘arabiayah :
1.‘ilmu lughah : ‘ilmu yang menguraikan kata-kata (lafadz) arab bersamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan dapat mengetahui asal kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk memebrikan pondasi dalam percakapan, pidato, surat-menyurat, sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik pula. Rata-rata Imam mazhab besar memang ahli membuat sya’ir, semisal Imam syafi’I rah dalam Diwan Asy-Syafi’i yang berjudul حب النساء : 

2.‘ilmu nahwu : membicarakan mengenai hukum-hukum huruf, kata, dan kalimat, dan bagaimana bunyi akhir dari sebuah kata. Inti dari  ‘ilmu nahwu adalah ‘irab.  Dengan kaidah-kaidah ini orang dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya (mabni), kata yang dapat berubah ( mu’rab). Tujuanya adalah untuk menjaga kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan bahasa , untuk menghindarkan  kesalahan makna dalam rangka memahami AI-Quran dan Hadist, dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan.  Alam tata bahasa/ sintaksis Arab, dikenal istilah  Fi’iil dan Harf, jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhul  al jumlah.
I’rob إعرب berasal dari ‘arab عرب, sering disebut dengan “arabization” atau “peng-arab-an”. Mengapa disebut “peng-arab-an”? Karena bahasa arab sangat kaya dengan perubahan bunyi akhir dari sebuah kata.
contoh :  أذهب إلى المسجد – adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Kata “masjid” disini dibaca “masjidi”. Kenapa bukan “masjidu”, atau “masjida”, atau “masjidun” atau bukan “masjidan”, ataupun “masjidin”? Karena begitulah aturan nahwu-nya.
Kalau kata masjid itu digunakan dalam kedudukan lain:
المسجد كبير – al-masjidu kabiirun
Disini “masjid” dibaca, “masjidu”. Tidak “masjidi”, atau yang lainnya. Kenapa bisa begitu? Ya karena begitulah peraturan nahwu arabic fusha (tata bahasa Al-Quran).
Terlihat bahwa, yang jadi fokus adalah cara membaca dari akhir kata, apakah berakhiran, “u” — seperti “masjidu”, atau “i” — seperti “masjidi”. Ini lah yang kita sebut dengan i’rab (arabization).

3.‘Ilmu Sharaf (morfologi Arab) : membicarakan asal bentuk kata (masdar) dari masdar kita akan mengetahui bagaimana perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk past (lampau), present (sedang-akan), dan perintah, perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan dan ini tergantung dari wazan asal kata tsb. Inti dari sharaf adalah tashrif.
Seperti:
أذهب إلى المسجد – adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Disini digunakan kata أذهب – adzhabu untuk menekankan bahwa pekerjaan “pergi” itu belum selesai.
Jika sudah selesai, maka kata kerja adzhabu berubah jadi dzahabtu.
ذهبت إلى المسجد – dzhabtu ilal masjidi : saya sudah pergi ke masjid
Ada lagi perubahan dari kata kerja ke kata benda. Contoh:
ذهب – dzahaba : pergi –> kata kerja
ذاهب – dzaahibun : orang yang pergi –> kata benda
Nah perubahan dari bentuk adzhabu ke dzahabtu inilah yang dibahas oleh Sharaf. Demikian juga perubahan dari kata kerja ke kata benda ini juga dibahas dalam Sharaf.
Dua hal ini (perubahan kata kerja past ke present, dan, perubahan kata kerja ke kata benda) disebut dengan Tashrif Ishtilahi.
Sharaf, juga membahas perubahan bentuk kata kerja jika pelakunya berubah. Seperti dalam contoh sebelumnya, untuk pelaku “kami”.
ذهبنا إلى المسجد – dzhabnaa ilal masjidi : Kami sudah pergi ke masjid
Perubahan yang seperti ini disebut Tashrif Lughowi (perubahan kata kerja karena berubahnya pelaku).

4.‘Ilmu Isytiqaq : Ilmu pengetahuan tentang asal kata dan pemecahannya, tentang imbuhan pada kata (hampir sama dengan ilmu Sharaf).

5.‘Ilmu ‘arudh : Yang membahas hal-hal yang bersangkutan dengan karya sastra syair dan puisi. llmu Arudh  memberitahukan tentang  wazan-wazan (timbangan) syair dan tujuanya adalah untuk membedakan proses dalam puisi membedakan syair dan bukan syair .Dengan ilmu arudh ini dikenal bahar syair seperti berikut ini : bahar thawi, bahar madid, bahar basith,  bahar wafir, bahar  kamil, bahar  hijaz, bahar rozaz, bahar sari’ bahar munsarih, bahar khafif, bahar mudhari, bahar muqradmib, bahar mujtas, bahar mutaqarib, bahar Romawi dan bahar mutadarik.

6.‘Ilmu Qawafi : yang membahas suku terakhir kata dari bait-bait syair sehingga diketahui keindahan  syair. Yang memprakarsai adanya Qawafi ialah Muhallil bin Rabi’ah paman Amruul Qaisy.

7.llmu Qardhus Syi’ri : sejenis ilmu pengetahuan  tentang karangan yang berirama (lirik), dengan tekanan suara yang tertentu. Gunanya untuk membantu menghafalkan syair dan mempertajam ingatan pembaca syair.

8.‘Ilmu hkat : pengetahuan tentang huruf dan cara merangkaikannya, termasuk bentuk halus kasarnya dan seni menulis dengan indah dapat dibedakan dalam beberapa bentuk mulai dari khat tsulus, Diwan, Parsi dan khat nasakh. Penemu pertama ilmu khat adalah nabi Idris karena beliaulah yang pertama kali menulis dengan kalam.
untuk ‘ilmu yang satu ini memang ada buku khusus bagi pemula yang mau belajar font ‘arab, nama bukunya saya lupa ^^ (afwan yah)
9.‘Ilmu Insyak : ilmu pengetahuan  tentang karang mengarang surat, buku, pidato, cerita artikel, features dan sebagainya. Gunanya untuk menjaga jangan sampai salah dalam dunia karang-mengarang.

10.‘Ilmu Mukhadarat : pengetahuan tentang cara-cara memperdalam suatu persoalan, untuk diperdebatkan didepan majlis, untu  menambah keterampilan berargumentasi, mahir bertutur dan terampil mengungkapkan cerita.

11.‘Ilmu Badi’ : pengetahuan, tentang seni sastra, Penemu imu ini adalah Abdullah bin Mu’taz. llmu ini ditujukan untuk menguasai seluk beluk sastra sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan  kata- sesuai  tempatnya sehingga  kata-kata tadi  berlin bertelindan dengan indah, sedap didengar dan mudah diucapkan.

12.‘Ilmu Bayan : ilmu yang  menetapkan  beberapa peraturan  dan kaedah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat penemunya adalah Abu  Ubaidah yang menyusun pengetahuan ini dalam “Mujazu Al-Quran” kemudian berkembang pada imam Ahu T ,qahir disempurnakan oleh pujangga-pujangga Arab  lainnya seperti AI-Jahiz, .lbnu Mu’taz, Qaddamah dan Abu Hilal Al- Asikari. Dengan ilmu ini akan diketahui rahasia bahasa arab dalam prosa dan puisi, keindahan sastra Al-Quran dan Hadist Tanpa mengetahui ilmu ini seseorang tidak akan dapat menilai apalagi memahami isi al Quran dan Sabda nabi dengan sesungguhnya.

13.‘Ilmu Ma’ani : pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai dengan keadaan (situasi dan kondisi) dalam istilah disebutkan “Muthabiq Lil /muqtadhal Hali” tujuannya untuk mengetahui I’jaz Al-Quran, keindahan sastra Al-Quran yang tiada taranya.
Masya Allah sangat luas bahasa ‘arab, ini baru pembagian cabang ‘ilmu dalam grammar bahasa ‘arab belum ‘ilmu balaghah. dimana ‘ilmu balaghah adalah ‘ilmu tertinggi dalam bahasa ‘arab 

^^  (semangat… semangat… semangat..)

Yang penting bagi kita adalah mempelajari dasar-dasar bahasa ‘arab terlebih dahulu nahwu dan sharaf. Faham bagaimana meng’irab suatu kalimat dan belajar menguasai wazan-wazan (timbangan-timbangan)  ketika belajar tashrif.

Salam, Selamat Belajar
Share this article :

+ komentar + 5 komentar

14 Januari 2014 pukul 23.42

ilmu ashwaat masuk ke ilmu apa ustadz...??

19 Januari 2014 pukul 17.39

Sama masih dalam ruang lingkup bahasa arab.
Pengertian Ilmu Al-Ashwat
Ilmu Al-Ashwat (علم الأصوات) adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan, perpindahan dan penerimaan bunyi bahasa. Ilmu al-Ashwat lebih populer dengan sebutan Ilmu Fonetik, yakni suatu bidang linguistik yang menjelaskan dan menganalisa tentang pengucapan bunyi ujar, yang membutuhkan praktek, bukan sekedar teori semata.Dengan demikian, ilmu al-Ashwat adalah suatu kajian mengenai pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi ujar, yang selain halnya membutuhkan teori, juga membutuhkan praktek.
Adanya Ilmu Al-Ashwat :
Agar pembelajaran bahasa Arab betul betul menjadi perhatian serius, supaya ujar dan bunyi kata bahasa Arab yang Diucapkan sesuai dengan aslinya yang penekanannya berfokus pada makhorijul huruf dan tajwid

19 Januari 2014 pukul 22.35

طيب... شكرا جزيلا و جزاكم الله خيرا.. يا أخي..

20 Januari 2014 pukul 01.51

Sama-sama.. Amin.. Barrakalahu fik..Syukran Katsir

24 Agustus 2017 pukul 05.36

Dari cabang2 tersebut. Mana saja yang menjadi ilmu terapan ustadz

Posting Komentar